Anakku, Kenali Kitabmu!




Friday, 12 March 2010 18:01


Makna iman yaitu meyakini, membenarkan dengan perkataan, perbuatan dan hati. Dengan demikian, ketika kita mengatakan kita beriman kepada Al-Qur’an, kita mengakui bahwa hanya Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah SWT yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Membenarkan dengan hati dan melaksanakan itu, mengambil dengan sekuat-nya apa yang ada dalam Al-Quran.

Ada beberapa hal yang harus kita kuasai dalam Al Imanu Fii Kitabillah, yaitu :
1. Kita mengakui bahwa hanya Al-Qur’an yang satu-satunya bisa memberi kita kebahagiaan, tidak ada yang bisa menyamai Al-Qur’an, dan tidak ada pedoman hidup yang lain selain Al-Qur’an. Hanya Al-Qur’an yang bisa menyelamatkan kita dan keluarga kita.
2. Meyakini bahwa Al-Qur’an sebagai Nuur, yaitu cahaya.
Dalam Q.S An-Nisa Ayat 174, yang artinya, “Wahai manusia, telah datang kepadamu Al-Quran dari Tuhanmu dan telah diturunkan kepadamu cahaya yang terang” . Allah mengatakan bahwa ! barang siapa yang mencari cahaya selain cahaya Allah, maka ia tidak akan bisa menjalani hidup ini. Orang-orang kafir, mereka tidak punya cahaya, dan mereka berjalan bagaikan orang-orang buta. Sehingga kita harus bersyukur kepada Allah SWT yang menjadikan kita sebagai muslim.
3. Kita mengimani bahwa Al-Qur’an ini adalah petunjuk, menuju surga. Barang siapa yang mencari petunjuk selain Al-Qur’an maka ia akan sesat.
4. Kita menyakini bahwa Al-Qur’an adalah sebagai pengingat/peringatan. Ini sesuai dengan fitrah kita bahwa manusia sifatnya lupa. Allah ingatkan k! epada kita tentang kondisi akhirat, kondisi neraka jahannam, kondisi orang-orang yang lupa kepada Allah SWT, kondisi surga dan nikmatnya hidup di surga. Semua itu membuat kita semakin mantap dalam menjalani hidup ini. Tidak ada rasa putus asa bagi orang yang meyakini Al-Qur’an. Karena setiap kali kita merasa gundah atau sedih, Al-Qur’an selalu hadir sebagai penghibur hatinya.
Sebagaimana do’a Rasulullah SAW, “ Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an ini sebagai penghibur hati kami, cahaya hati kami, pengusir kesedihan kami”. Setiap kali kita merasa sedih, Al-Qur’an siap menentramkan hati kita. Ini adalah rahmat yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam, tidak kepada umat lainnya.
5. Kita meyakini Al-Qur’an ini sebagai pemberi syafa’at.
Dalam Q.S Al Abasa, pada hari kiamat, semua manusia lari dari saudaranya, dari ibu bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.Kenapa mereka lari? Karena mereka takut diminta amalnya dari saudaranya, padahal mereka selama di dunia saling berkasih sayang. Karena mereka ingin menggunakan amal mereka sendiri untuk keselamatan dirinya sendiri. Pada saat-saat genting seperti itu, Al-Qur’an akan datang untuk memberi syafaat kepada manusia. Al-Quran berkata, “Akulah yang kau baca selama kau di dunia”. Dan Al-Qur’an berkata kepada Allah, “Aku telah mencegah orang ini dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat kepada orang ini”. Allah berkata, “Syafaatmu Aku terima”. Al-Qur’an akan meminta agar Allah menolong orang-orang yang dekat dengan Al-Qur’an. Hanya Al-Qur’an yang memberikan ketentraman dalam hati.
Suatu hari, Ibnu Mas’ud didatangi seorang sahabat yang mengatakan ia sedang gundah. Lalu Ibnu Mas’ud mengatakan agar ia berwudhu, shalat dan membaca Al-Qur’an. Setelah melakukan semua itu, sahabat berkata bahwa segala kebodohan hatinya telah hilang dan ia telah mendapatkan ketenangan hati.
Ketika kita mendapat berbagai permasalahan, semua kembali kepada Al-Qur’an. Al-Quran adalah sebagai khazanah ilmu. Setiap permasalahan ekonomi, pemerintahan, dll, maka jawabannya ada di Al-Quran.
Allah berkata, bahwa barang siapa yang mencari penyelesaian SELAIN di Al-Qur’an, maka ia tidak akan mendapatkannya. “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar, memberinya rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka”.
Lalu hal kedua yang kita bahas, adalah Bagaimana menghidupkan Al-Qur’an di rumah kita?
I. Ketika pondasi keimanan kita kuat, kita akan memiliki keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya yang mampu membahagiakan, menentramkan anak-anaknya.
Banyak perintah Rasulullah untuk menghidupkan Al-Qur’an, “ Jangan kalian biarkan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya rumah-rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah, akan lari syetan dari rumah tersebut.”
Sesungguhnya kebahagiaan sebuah keluarga, tergantung sejauh mana keluarga tersebut berinteraksi dengan Al-Qur’an. Allah memperbanyak kebaikan di rumah tersebut, Allah ak! an jauhkan syetan dari rumah tersebut, Allah akan datangkan malaikat ke rumah tersebut, dan akan Allah luaskan rumah tersebut ( misalnya rumahnya kecil, tapi akan terasa luas).
Salah satu di antara pintu rizki adalah banyak membaca Al-Qur’an. Semakin banyak orang membaca Al-Quran, semakin banyak rizki untuk orang tersebut. Semakin sering suatu rumah dibacakan Al-Qur’an, malaikat akan mengusir setan dari rumah tersebut, semakin banyak malaikat yang menjaga rumah tersebut, dan Allah menjaga rumah tersebut dari kebencian orang, dari sihir, dll.
Bila jauh dari Al-Qur’an, akan datang keburukan-keburukan di rumah tersebut, disebabkan rumah tersebut tidak pernah dibacakan Al-Qur’an, rumah menjadi tidak berkah, satu sama lain saling bermusuhan, anaknya menjadi susah diatur, dll, karena rumah tersebut banyak setan. Seperti contohnya, rumah tersebut memainkan lagu2 yang mengundang nafsu (memanggil setan), sedangkan salah satu misi setan adalah untuk memisahkan suami dengan istrinya, memicu pertengkaran dalam rumah tangga, dst. Malaikat akan lari dari rumah tersebut, karena malaikat tidak akan mau datang ke ruamh yang banyak setannya.
Kiatnya agar Al-Qur’an menempati posisi penting dalam rumah kita, ialah dengan menempatkan ia di tempat pertama dari hal-hal rumah tangga lainnya. Misalnya, ada waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an, tapi orang tuanya menerima tamu, ngobrol, dll. Hal ini menjadikan anak tidak bersemangat. Maka kondisikanlah semua hal di rumah yang mendukung anak senang membaca Al-Qur’an, sehingga mau tidak mau ia ikut membaca Al-Qur’an.
II. Membiasakan anak bangun subuh dan pergi sholat ke mesjid. Biasanya orang tua suka tidak tega membangunkan anaknya pagi-pagi. Maka kita tanamkan kepada anak-anak kita apa tujuan kita membangunkan mereka diwaktu subuh dan mengajarkan mereka membaca Al-Qur’an. Agar anak mengerti kenapa mereka dididik seperti itu, dan tidak merasa terpaksa, kuncinya terletak pada orang tua. Bila orang tuanya tidak mempunyai keinginan, tidak mempunyai kecintaan kepada Al-Qur’an, maka rumah itu akan menjadi gersang.

Ketiga, bagaimana kita melatih diri kita sendiri agar terbiasa membaca, menghidupkan, dan mengamalkan Al-Qur’an?
Ada beberapa kewajiban yang harus ditunaikan sebagai seorang muslim, diantaranya kewajiban membaca dengan baik dan benar. Rasulullah SAW berkata, bacalah Al-Qur’an dengan gaya dan bacaan orang Arab. Al-Qur’an hanya boleh dibaca dengan gaya bacaan orang arab, tidak dengan gaya bahasa jawa, atau jepang dsb.
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid adalah suatu kewajiban. Barang siapa tidak mentajwidkan Al-Qur’an maka akan berdosa, karena Allah menurunkan Al-Quran dalam keadaan tajwid. Lalu malaikat mentalaqqi-kan kepada Rasul dengan tajwid, lalu Rasul mentalaqqikan kepada sahabat dengan tajwid pula. Maka kita harus menjaga Al-Quran ini dengan membacanya dalam keadaan tajwid. Membaca dengan tajwid ini adalah kunci segala keberkahan Al-Qur’an. Ibarat sebuah pintu, membaca tajwid ini adalah kunci pintu tersebut. Bila membaca Al-Quran sebagai syifa/penyembuh, tapi tidak dengan tajwid, maka bagaimana ia bisa menyembuhkan? Begitu pula dengan menggunakan Al-Quran sebagai pengusir jin. Ada ulama yang mengatakan, barang siapa yang membaca Al-Fatihah tidak dengan tajwid, maka kesa! h-an sholatnya diragukan. Akan terjadi kesalahan-kesalahan dalam makna Al-Qur’an tersebut. Bila kita membaca dengan makhraj yang salah, maka makna Al-Qur’an itu akan berubah.
Kita mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak kita untuk membaca Al-Qur’an tersebut. Anda akan bias menikmati membaca Al-Qur’an bila membacanya dengan tajwid yang benar. Bila dibaca tidak dengan tartil, maka tidak nikmat membacanya. Bila seorang ibu belum membaca Al-Qur’an dengan benar, maka adalah kewajiban untuk bisa membaca dengan benar, agar suatu saat nanti bisa mengajarkan kepada anak-anaknya.
Di Indonesia, banyak professor yang sudah belajar tinggi di luar negeri, akan tetapi membaca Al-Qur’an tidak bisa. Padahal ilmu-ilmu di dunia itu tidak akan memberi syafaat di akhirat. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan bagi kita-kita yang diberi kesempatan untuk belajar tinggi, agar tidak meninggalkan Al-Qur’an. Titel/gelar tidak akan dibawa ke akhirat, sementara Al-Fatihah, Al-Qur’an akan ditanya. Al-Qur’anlah yang akan memberikan syafaat di akhirat nanti. Abu Bakar berkata, barang siapa yang meremehkan Al-Qur’an, maka sesunguhnya dia akan meremehkan sesuatu yang luar biasa, dan meluarbiasakan sesuatu yang remeh.
Di Indonesia banyak anak-anak kecil yang sudah bisa bahasa inggris, bisa komputer. Orang tua sudah bangga anaknya bisa seperti itu. Tapi Allah menjanjikan, barang siapa yang bisa membaca Al-Qur’an, Allah akan memberikan prestasi baginya di dunia dan akhirat. Kita sebagai orang tua, hendaknya menanamkan kepada anak-anak kita kecintaan kepada Al-Qur’an, karena Al-Qur’an itu memiliki fadhilah yang luar biasa. Allah memberikan fadhilah yang sangat tinggi kepada orang-orang yang pandai membaca Al-Qur’an, antara lain mereka bisa memberikan syafaat kepada keluarganya, Allah akan memberikan kehidupan yang mulia di dunia.
Kemampuan menghafal Al-Qur’an pada anak-anak sangat luar biasa hingga 9 tahun. Dengan hafalan-hafalan Al-Qur’an itu, otak anak akan berkembang. Anak kecil yang menghafal Al-Qur’an diwaktu kecil, ibarat menulis di atas batu, sedangkan orang tua yang menghafal di usia lanjut, bagaikan menulis di atas air.
Notulensi Taujih On Line Jum’at, 22 Juni 2007
Data penceramah:
Nama : Tanti Mukhlishoh Al Hafidzah
Suami: Efendi Anwar Al Hafidz
Pendidikan : LIPIA
Jumlah anak : 5 orang
Aktivitas : Pembina guru-guru tahsin / tahfidz Al-Qur’an Al-Utsmani
Lokasi : Condet, Jakarta Timur

Sesi Pertanyaan
1. Dari Mba Nonong :
a. Dimana letak salahnya jika Al-Qur’an yang selalu dibaca tidak membawa ketenangan bagi yang membacanya?
Jawab :
1. Kita lihat dulu bacaannya benar apa tidak.
2. Ikhlaskan niat kepada Allah SWT bahwa kita membaca Al-Qur’an benar-benar untuk Allah. Sebagai ta’abbud, sebagai ibadah kepada Allah. Dan keikhlasan itu semoga dibukakan semua penghalang kita membaca Al-Qur’an.
b. Bagaimana cara Ibu dalam menghafal Al-Qur’an (kiat-kiatnya)?
Jawab :
Yang penting adalah bagaimana kita bisa bersyukur, semoga Allah menjadikan berkah dan dimudahkan untuk menghafal Al-Qur’an, amiinn
!

2. Dari Mbak Shinta :
Sejak usia berapa anak bisa dipaksakan untuk membaca Al-Qur’an? Yang tidak ada toleransi lagi?
Jawab :
Kita harus mengetahui dulu cara mengajarkan kepada anak, dari sejak usia dini. Caranya orang tuanya membacakan, lalu anaknya mengikuti. Terus menerus setiap hari, satu ayat demi satu ayat. Ada teman ustadzah, anaknya udia 5 t! ahun, sudah hafal 5 juz.
Jaman dulu ada seorang anak yang ketika membaca salah satu surat Al Mauun..Fawailul lil mushallin (celakalah orang-orang yang shalat), lalu ia bertanya kepada ayahnya. Ternyata orang-orang dulu mengajarkan anaknya termasuk maknanya, sehingga si anak lebih mampu menghafal dan mencintai Al-Qur’an. Jadi setelah talaqqi, kita ceritakan latar belakangnya (asbabun nuzul). Berat memang, tapi perjuangan luar biasa ini akan berguna bagi anak kita dikemudian hari.

3. Apakah yang dimaksud dengan metode Qiroati dalam membaca Al-Qur’an?
Jawab :
Metode qiroati = metode Iqra, berbeda dengan metode utsmani. Metode qiroati ini standarnya mushaf Indonesia. Kalau metode usmani, standarnya madinah, dengan mushaf madinah.

4. Dari bundakm :
Bagaimana kalau kita belajar Al-Qur’an saja, bisakah kita menjadi pemimpin dunia? Kita ketahui sekarang dunia dikuasai oleh orang yang tidak belajar Al-Qur’an,. Karena dalam pemahaman saya, umat Islam itu hidup di dunia dan di akhirat, dalam makna segala ibadat ditujukan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Jawab :
Kita tidak bisa belajar Al-Qur’an saja, justru dengan Al-Qur’an Allah akan jadikan pemimpin di kalangan ahlul quran.
Tambahan dari mel_ulvan : Sumber ilmu adalah Al-Qur’an, jadi ilmu yang ada sekarang itu digali dari Al-Qur’an.
Pertanyaan lanjutan : Namun, kenapa keadaan penguasaan dunia itu tidak lagi berada di tangan muslim, apakah karena memang tidak ada lagi muslim yang setara dengan Ibnu Sina, Al Jabbar, dll?
Jawab :
Insya Allah akan dijawab oleh Ustadzah melalui milis.

5. Dari atiiqah :
Apakah mungkin jika ibunya tidak hafidz, anaknya bisa jadi hafidz. Mengingat saya bukan hafidzah dan saya mengharapkan anak-anak saya bisa hafidz.
Jawab :
Bil akita merujuk salah seorang hafidz, Al Zajri, bapaknya bukan hafidz. Bapaknya sudah tua, 50 tahun, lalu ia pergi ke mekkah, minum air zamzam dan berdoa. Alhamdulillah istrinya hamil lalu dikaruniai seorang anak. Walaupun ayah ibunya bukan hafidz, tapi anaknya hafidz. Biasanya orang arab menitipkan anaknya pada syekh, atau kalau di Indonesia dititipkan ke Pesantren. Tapi sebaliknya, tidak menjadi jaminan juga kalau orang tuanya seorang hafidz, anaknya akan jadi hafidz juga.

6. Dari Atiiqah :
Apakah seorang hafidz terjamin untuk tidak melakukan dosa besar?
Jawab :
Insya Allah akan dijawab oleh Ustadzah melalui milis.

Assalamualaikum wr, wb Sahabat Fahima yang dirahmati Allah,

Berikut ini pertanyaan dari TOL divisi dakwah fahima dengan tema: Anakku Kenali Kitabmu yang belum sempat terjawab.


1. Apakah hafiz qur'an terhindar dari dosa besar?
Ya bila menghafal qur'an diniatkan utk Allah semata maka, dengan menghafal qur'an ia punya kewajiban menjaga huruf-hurufnya dan hududnya, yang dimaksud hudud disini adalah hokum-hukum Allah perintah dan larangan yang mesti ditegakkan. keridhoaan seseorang menghaafal qur'an krn Allah semata akan mendatangkan penjagaan Allah terhada dirinya dari perbuatan dosa karna ia telah menjaga ayat-ayat Allah serta mendapatkan keutamaan-keutamaan lain yang tdk diberi kecuali kepada para hafizh yang ikhlas. Allahumma j'alna minal hafizh wal hafizhoh likitabika ikhlas lillahi ta'ala amin. tai jika tdk diniatkan utk Allah penghafal justru akan mendapat ancaman seperti bila ria ia akan diseret ke neraka.

2. Apa mushhaf berbeda beda ? bedanya dimana ?
Ya, mushaf berbeda beda dari cara penulisannya dan tanda bacanya. Adapun isi dan lafaznya sama semua. saat ini hanya ada 2 jenis mushaf. mushaf standard utsmani dan mushaf bukan standar utsmani.
a. mushaf standar utsmani

Yaitu mushaf yang cara penulisannya mengikuti standar mushaf imam utsman bin affan (dlm sejarah penulisan alqur'an yg pertama! kali mengumpulkan dan membuat mushaf menjadi satu adalah khalifah utsman, mushaf beliau kemudian disebut mushaf imam yang menjadi rujukan sampai saat ini)
b. mushaf bukan standar

Yaitu mushaf yang secara isi dan lafaz mengikuti mushaf imam namun cara penulisan mengambil inisiatif sendiri. contoh :

! kalimat assholah disini ditulis : O§U?E?U?E§Oc

sedang dimushaf imam ditulis :O§U?E?U?E?Elt;/U>Oc
cara bacanya sama artinya juga sama cuma penulisannya beda yg satu pake alif yg imam pake waw. para ulama berbeda pendapat ttg kewajiban mengikuti mushaf imam, ada yang mewajibkan ada juga yang tidak. Penjelasan ini sangat singkat tapi mudah-mudahan bisa difahami sedikit. Kalau ada yang ingin ditanyakan kembali, silakan kirimkan pertanyaan ke masustadz@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar